Jumat, 01 Februari 2013

Kondisi Nyata Ekonomi Indonesia dan Peluang Berwirausaha


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat  kehadirat Tuhan yang Maha Esa kerena atas berkat dan rahmat-Nyalah,maka makalah yang kami buat dapat terselesaikan dengan baik
        Tak lupa kami ucapkan terima kasihyang sebesar-besarnya kepada bapak H.Nadha.SE.,M.Si selaku dosen pembimbing dan juga teman-teman sekalian.Adapun makalah ini kami buat berdasarkan informasi yang ada.
        Demikianlah kiranya makalah ini kami buat dengan besar harapan agar dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat pula bermanfaat dalam proses pembelajaran mahasiswi STIKes Mega Rezky Makassar terkhususnya bagi D.IV bidan pendidik. .
        kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang di berikan akan kami terima dengan baik.


                                                     Makassar,     November 2012

                                                                       Penulis
                                                                    Kelompok
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1.        Latar Belakang ........................................................................ 4
1.2.        Rumusan Masalah .................................................................. 9
1.3.        Tujuan Penulisan .................................................................... 9
1.4.        Manfaat Penulisan .................................................................. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10
BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 23
2.1.      Kesimpulan ............................................................................. 23
2.2.      saran ....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang.
            Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.
            Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
            Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),
motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
            Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.
            Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
            Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi 
kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
            Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang. Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.
            Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Bagaimanakah dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah makalah ini ditulis.



1.2.        Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana kondisi nyata ekonomi Indonesia dalam berwirausahaan?
2.    Bagaimana gaya kepemimpinan dan juga motivasi apa saja yang mendorong pengusaha kecil untuk berwirausaha?
3.    Bagaimana peluang berwirausahaan?
1.3.        Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan yang dapat yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1.    Ingin mengetahui kondisi nyata ekonomi indonesia dalam berwirausaha.
2.    Ingin mengetahui gaya kepemimpinan dan juga motivasi apa saja yang mendorong pengusaha kecil untuk berwirausaha
3.    Ingin mengetahui peluang berwirausaha.
1.4       manfaat penulisan
            Adapun manfaat yang dapat di buat adalah sebagai beriku:
1.    Agar dapat mengetahui kondisi nyata ekonomi indonesia dalam berwirausaha.
2.    Agar dapat mengetahui gaya kepemimpinan dan juga motivasi apa saja yang mendorong pengusaha kecil untuk berwirausaha
3.    Agar dapat mengetahui peluang berwirausaha.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Kondisi nyata ekonomi indonesia dalam berwirausaha
            Indonesia saat ini telah menjadi negara emerging ekonomi dan menjadi kekuatan ekonomi ke-16 dunia. Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang secara bertahap berhasil diturunkan dengan mengatasi tantangan-tantangan pembangunan ekonomi melalui implementasi langkah-langkah kebijakan sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai bangsa kita harus yakin dan percaya pada saatnya nanti kita dapat memilih ekonomi yang lebih kuat dan berkeadilan, demokrasi yang stabil dan berkualitas serta peradaban bangsa yang maju dan unggul sabagaimana kita cita-citakan bersama.

ü  . Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah.
            saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.
Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan seperti :
1.    kesulitan mendapatkan modal yang cukup
2.     kekurangan pengetahan di bidang agribisnis
3.     kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen usaha,
4.    kekurangan dalam perencanaan usaha
5.     kekurangan dalam pengalaman berusaha
6.     kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001).
                        Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001).
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan kontrak/transaksi, cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu sampai dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer: 2001).
Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya, mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil petani tidak dapat dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendapatkan kesepakatan bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga dan pasar, sehingga semua produser baik yang masuk kelompok atau tidak akan merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para produser untuk menanamkan produknya lebih luas dan produser yang tadinya tidak menanam produk tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga dan pasar akan turun.

ü  gaya kepemimpinan dan juga motivasi yang dapat mendorong pengusaha kecil untuk berwirausaha.
           Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
·           Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
1.     Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat mungkin
2.     Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin.
3.     Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah situasi dimana kelemahan-kelemahan wirausahawan akan tampak.
4.     Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan dan mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan selalu berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.
·         Kondisi kepemimpinan usaha kecil
a.    Mencari pemimpin yang baik
        Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non formal.
b.    Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini.
        Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga terbatas sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya tradisional, misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin dengan gaya serta type dengan kaidah-kaidah atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga, jika ada pemimpin bisnis kecil dari suku Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya dan type kepemimpinan ala cines, atau kalau kita bandingkan dengan teori kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu nampak besar dan serius karena skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini juga sebenarnya menjadi faktor penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama adalah gaya dan type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih masih saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.

B.   Peluang Berwirausahaan
            Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah, liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).
·         Peluang usaha kecil yang sedang dikembangkan.
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari :
1.    Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani).
2.     Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian
3.     Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product)
4.     Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Upstream Agribusiness
            Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan mesin pertanian.
2.     Onfarm agribusiness
            Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3.    Downstream agribusiness
            Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.


4.    Services for Agribusiness
            Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan ekonomi.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang tersebut.
            Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa integrasi dan link-antar sub sistem usaha agribisnis belum tersinkron dengan baik, dimana setiap subsistem masih berjalan dengan sendiri-sendiri bahkan cenderung mengakibatkan kerugian yang sebenarnya justru harus mendatangkan dampak positip dari keberadaannya. Usaha-usaha pada sistem agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan sumberdaya manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian harga dan proteksi akan kelangsungan usahanya.
·         .Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut: :
1.         Keinginan untuk berprestasi.
                 Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan         adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.
2.     Keinginan untuk bertanggung jawab.
                 Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3.     Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
     Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4.     Persepsi pada kemungkinan berhasil.
     Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kwalitas kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5.     Rangsangan oleh umpan balik.
     Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6     Aktifitas enerjik.
     Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7.    Orientasi ke masa depan.
     Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8.     Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan
. Mereka sangat obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9.     Sikap terhadap uang.
     Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan.
            Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.
            Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas. Ini semua merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan sebagai peluang untuk menjadi wirausahawan.
            Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
            Penerapan Teori Motivasi dalam Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B.   Saran.
5.    Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.
6.    Para pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin bisnis kecil, pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah masa depan yang terus dapat di wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis secara profesional, manjauhkan diri dari kekuasan mutlak, kesewenang-wenangan.
7.    Paculah Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri.
8.    Untuk hal ini, penulis sangat mengharapkan, para pengusaha kecil janganlah memberikan motivasi hanya sebatas kebutuhan dasar saja, tetapi perlakukanlah karyawan anda seperti manusia selayaknya. Pada akhirnya banyak bisnis kecil anda bertahan lama tidak ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.


DAFTAR PUSTAKA

Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.

Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.

http://artikelrande.blogspot.com/2012/07/manajemen-kewirausahaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar