KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat kehadirat Tuhan
yang Maha Esa kerena atas berkat dan rahmat-Nyalah,maka makalah yang kami buat
dapat terselesaikan dengan baik
Tak lupa kami ucapkan terima kasihyang
sebesar-besarnya kepada bapak H.Nadha.SE.,M.Si selaku dosen pembimbing dan juga
teman-teman sekalian.Adapun makalah ini kami buat berdasarkan informasi yang
ada.
Demikianlah kiranya makalah ini kami
buat dengan besar harapan agar dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat pula bermanfaat
dalam proses pembelajaran mahasiswi STIKes Mega Rezky Makassar terkhususnya
bagi D.IV bidan pendidik. .
kami sadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang di berikan akan
kami terima dengan baik.
Makassar, November 2012
Penulis
Kelompok
Daftar Isi
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................
1
KATA
PENGANTAR .....................................................................................
2
DAFTAR
ISI ..................................................................................................
3
BAB
1. PENDAHULUAN
..............................................................................
4
1.1.
Latar Belakang
........................................................................ 4
1.2.
Rumusan Masalah
.................................................................. 9
1.3.
Tujuan Penulisan
.................................................................... 9
1.4.
Manfaat Penulisan
.................................................................. 9
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
...................................................................... 10
BAB
III. PENUTUP
.......................................................................................
23
2.1. Kesimpulan .............................................................................
23
2.2. saran
.......................................................................................
24
DAFTAR
PUSTAKA
.....................................................................................
26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang.
Dalam kewirausahaan, kekayaan
menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan produk bawaan (by-product) dari
sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia
yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha
yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai
orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan
kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat
mencolok.
Maka soal kekayaan akhirnya
terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik
dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan
seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan
hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha
yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.
Kim Woo Chong, pendiri Daewoo,
mengatakan bahwa sekali wirausahawan memproklamirkan diri sebagai seorang
Wirausahawan, maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah untuk
usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
Mereka “tampil beda”. Salah satu
contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri
kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang
pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai
dilakukan orang. Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di
Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai
besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga
merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh
negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi
kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo
berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan
dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.
Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Bagaimanakah dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah makalah ini ditulis.
Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Bagaimanakah dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah makalah ini ditulis.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
kondisi nyata ekonomi Indonesia dalam berwirausahaan?
2. Bagaimana
gaya kepemimpinan dan juga motivasi apa saja yang mendorong pengusaha kecil
untuk berwirausaha?
3. Bagaimana
peluang berwirausahaan?
1.3.
Tujuan Penulisan.
Adapun
tujuan yang dapat yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Ingin
mengetahui kondisi nyata ekonomi indonesia dalam berwirausaha.
2. Ingin
mengetahui gaya kepemimpinan dan juga motivasi apa saja yang mendorong
pengusaha kecil untuk berwirausaha
3. Ingin
mengetahui peluang berwirausaha.
1.4 manfaat
penulisan
Adapun
manfaat yang dapat di buat adalah sebagai beriku:
1.
Agar dapat mengetahui kondisi nyata ekonomi
indonesia dalam berwirausaha.
2.
Agar dapat mengetahui gaya kepemimpinan dan
juga motivasi apa saja yang mendorong pengusaha kecil untuk berwirausaha
3.
Agar dapat mengetahui peluang berwirausaha.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kondisi
nyata ekonomi indonesia dalam berwirausaha
Indonesia saat ini telah menjadi
negara emerging ekonomi dan menjadi kekuatan ekonomi ke-16 dunia. Indonesia
menjadi negara berpendapatan menengah dengan tingkat kemiskinan dan
pengangguran yang secara bertahap berhasil diturunkan dengan mengatasi
tantangan-tantangan pembangunan ekonomi melalui implementasi langkah-langkah
kebijakan sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai bangsa kita harus yakin
dan percaya pada saatnya nanti kita dapat memilih ekonomi yang lebih kuat dan
berkeadilan, demokrasi yang stabil dan berkualitas serta peradaban bangsa yang
maju dan unggul sabagaimana kita cita-citakan bersama.
ü . Kondisi Nyata Usaha
Kecil dan Menengah.
saat ini Selama krisis ekonomi yang
berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya
bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di
Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama
usaha menengah dan usaha kecil.
Meskipun demikian,
pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan seperti :
1. kesulitan mendapatkan
modal yang cukup
2. kekurangan pengetahan di bidang agribisnis
3. kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen
usaha,
4. kekurangan dalam
perencanaan usaha
5. kekurangan dalam pengalaman berusaha
6. kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis
bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha
kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer:
2001).
Kewirausahaan
adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan kewirausahaan
agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam melihat atau
menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya
dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila
dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001).
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan
kontrak/transaksi, cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di
budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu sampai
dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer: 2001).
Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam
menjalankan usahanya, mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil
petani tidak dapat dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus
dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendapatkan kesepakatan
bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga dan
pasar, sehingga semua produser baik yang masuk kelompok atau tidak akan
merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para produser untuk menanamkan produknya
lebih luas dan produser yang tadinya tidak menanam produk tersebut akan
tertarik pula untuk menanam produk yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan
produk berlebih serta harga dan pasar akan turun.
ü gaya
kepemimpinan dan juga motivasi yang dapat mendorong pengusaha kecil untuk
berwirausaha.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang
baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin
diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang
lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang
berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang
sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas.
Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari
pada umumnya pengusaha.
·
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan
meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
1.
Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan
secepat mungkin
2.
Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat
dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik,
wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan ini
dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya
pada wirausahawan sebagai pemimpin.
3.
Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan
kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya
meningkatkan kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah situasi dimana
kelemahan-kelemahan wirausahawan akan tampak.
4.
Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan
dan mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan selalu
berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.
·
Kondisi kepemimpinan usaha kecil
a.
Mencari pemimpin yang baik
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk
menjadi seorang pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa
menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut
sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang
sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang
kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang
tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para
pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu
menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan.
Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang
kuat dan integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah
sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan
memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat
berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang
kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan
mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam
hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non formal.
b.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini.
Kepemimpinan sebenarnya sangat
bersangkut erat terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka
ia cenderung memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi
kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur
biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung
dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis
kecil tak terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan
juga terbatas sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya
tradisional, misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin
dengan gaya serta type dengan kaidah-kaidah atau norma-norma ke-baliannya.
Begitu juga, jika ada pemimpin bisnis kecil dari suku Tionghoa akan cenderung
juga menerapkan gaya dan type kepemimpinan ala cines, atau kalau kita
bandingkan dengan teori kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik
kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM
pada perusahaannya belum begitu nampak besar dan serius karena skala usahanya
masih kecil, unsur kekeluargaan masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini juga
sebenarnya menjadi faktor penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan
pertama adalah gaya dan type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik,
lebih-lebih masih saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
B. Peluang Berwirausahaan
Untuk mendayagunakan keunggulan
Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan
seperti otonomi daerah, liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional
lainnya. Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven),
berkelanjutan (Sustainable) dan
terdesentralistis (Decentralized).
·
Peluang usaha kecil yang sedang dikembangkan.
Pembangunan pertanian
dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari
:
1.
Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh
kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer
(usahatani).
2.
Sub agribisnis usahatani
(on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan
sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian
3.
Sub agribisnis hilir
(down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate
product) maupun bentuk produk akhir (finished product)
4.
Sub jasa penunjang yaitu
kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi
kedalam 4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa
pengembangan industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu
industri pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia
(Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri
alat dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa
pengembangan kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer
(usaha tani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman
obat-obatan) usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha
kehutanan.
3. Downstream
agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa
pengembangan industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi
olahan seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri
barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for
Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis
berupa fasilitas Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan
SDM dan kebijakan ekonomi.
Dalam artian, peluang
akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang
menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk
segera mempergunakan peluang tersebut.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa integrasi dan link-antar sub
sistem usaha agribisnis belum tersinkron dengan baik, dimana setiap subsistem
masih berjalan dengan sendiri-sendiri bahkan cenderung mengakibatkan kerugian
yang sebenarnya justru harus mendatangkan dampak positip dari keberadaannya.
Usaha-usaha pada sistem agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan
sumberdaya manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian
harga dan proteksi akan kelangsungan usahanya.
·
.Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan
menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai karakteristik umum serta berasal dari
kelas yang sama Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari kelas
menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah Amerika pada
akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata
Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter
menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada
dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland,
karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut: :
1. Keinginan untuk berprestasi.
1. Keinginan untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang
memotivasi Wirausahawan adalah
kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan.
Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang
yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan
tantangan bagi kompetisi individu.
2.
Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan
tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan
sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan
bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan
melakukannya secara berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi
mempengaruhi hasil-hasil.
3.
Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka
memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi,
suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang
dipercaya bisa mereka penuhi.
4.
Persepsi pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai
keberhasilan adalah kwalitas kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka
mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta
tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang
tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5.
Rangsangan oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal
yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang
untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa
efektif usaha mereka.
6
Aktifitas enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh
lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan
mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.
Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7.
Orientasi ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan
berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi
jauh di masa depan.
8.
Ketrampilan dalam
pengorganisasian.
Wirausahawan
menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai
tujuan
. Mereka sangat
obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan
memilih yang ahli bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9.
Sikap terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua
dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang
uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian
dari kompetensi mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan
Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun
1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah
mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha
kecil.
Peluang Usaha Kecil yang sedang
dikembangkan Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan
suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi
bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm
agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara
produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer.
Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream
agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun
bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu
kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas. Ini semua
merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan sebagai peluang untuk menjadi
wirausahawan.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
Penerapan Teori Motivasi dalam
Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan
makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan
dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya,
justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar
UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama
karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran.
5.
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada
pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil
secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini
terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha
menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi
pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru
sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.
6.
Para pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para
pemimpin bisnis kecil, pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah
masa depan yang terus dapat di wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis
secara profesional, manjauhkan diri dari kekuasan mutlak, kesewenang-wenangan.
7.
Paculah Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar
pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik
biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi,
pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi
acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri.
8.
Untuk hal ini, penulis sangat mengharapkan, para pengusaha kecil
janganlah memberikan motivasi hanya sebatas kebutuhan dasar saja, tetapi
perlakukanlah karyawan anda seperti manusia selayaknya. Pada akhirnya banyak
bisnis kecil anda bertahan lama tidak ditinggalkan SDM yang telah
perpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia”
Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar